search
light_mode dark_mode
Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Senin, 22 September 2025, 13:59 WITA Follow
image

beritabali/ist/Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

Pemutaran film dokumenter yang mengisahkan lahirnya Tari Kecak di Desa Adat Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, digelar pada Sabtu malam (19/9/2025).

Pemutaran film bertajuk Die Insel der Dämonen karya sutradara Friedrich Dalsheim ini mendapat sambutan antusias dari masyarakat setempat. Film berdurasi 1 jam 23 menit tersebut menyingkap asal-usul Tari Kecak yang lahir dari ritual keagamaan Hindu di Desa Bedulu pada 1930-an.

Kala itu, Tari Sanghyang Dedari dan Sanghyang Jaran dipentaskan di Pura Goa Gajah dengan iringan suara vokal khas para pria penari. Ritual ini dipercaya sebagai upaya mengusir bencana atau wabah yang diyakini akibat perbuatan ilmu pangleakan.

Inisiatif pemutaran film datang dari Scott F. Bauer, pendiri Usada Bali Ubud. Ia berharap karya tersebut mampu membangkitkan kembali Tari Kecak klasik khas Bedulu.

Pengamat budaya Profesor Wayan Dibia menjelaskan, Tari Kecak lahir berkat kreativitas seniman asal Bedulu, almarhum I Wayan Limbak, yang mendapat dorongan dari pelukis asal Jerman, Walter Spies.

“Kecak diciptakan sebagai bentuk penghormatan agar tarian sakral masyarakat tetap terlindungi, sekaligus menghadirkan pertunjukan seni yang bisa dinikmati wisatawan,” jelas Prof. Dibia.

Limbak menata ulang koreografi Sanghyang Jaran dan Sanghyang Dedari tanpa menyertakan unsur sakralnya. Dari sana lahirlah seni pertunjukan baru bernama Tari Cak atau Kecak.

Meski sempat populer, Tari Kecak Bedulu mengalami pasang surut. Beberapa kali warga berupaya membentuk sekaa Kecak, namun kurangnya minat generasi muda serta minimnya dukungan instansi membuat upaya itu belum berhasil maksimal.

"Seiring perkembangan pariwisata Bali, Tari Kecak pun dipentaskan secara reguler bersama kesenian lain seperti Barong dari Desa Singapadu serta Legong dari Peliatan, Bedulu, dan Blangsinga," tutup Prof. Dibia.

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/gnr



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami