Tertinggi Alih Fungsi Lahan Sawah di Bali, Denpasar Kehilangan 38 Persen Sawah dalam Enam Tahun

bbn/dok beritabali/Tertinggi Alih Fungsi Lahan Sawah di Bali, Denpasar Kehilangan 38 Persen Sawah dalam Enam Tahun.
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Bali menghadapi persoalan serius terkait alih fungsi lahan. Data Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Bali menunjukkan, dalam periode 2019 hingga 2024, sawah di Pulau Dewata menyusut seluas 6.521 hektar atau rata-rata 1,53 persen setiap tahun.
Kota Denpasar tercatat sebagai wilayah dengan angka tertinggi alih fungsi lahan sawah. Dalam kurun enam tahun, luas sawah di ibu kota Provinsi Bali ini berkurang hingga 38,83 persen, dengan rata-rata penyusutan 6,34 persen per tahun.
Sementara itu, Kabupaten Gianyar berada di posisi kedua dengan penurunan lahan sawah sebesar 18,85 persen atau sekitar 2,47 persen per tahun. Adapun Tabanan menjadi wilayah dengan angka paling kecil karena sebagian besar kawasannya masih termasuk dalam lahan sawah dilindungi (LSD).
"Yang paling kecil adalah Tabanan karena wilayah Tabanan cukup besar wilayahnya untuk LSD (lahan sawah dilindungi)," kata I Made Herman Susanto, Kepala Bidang Penataan dan Pemberdayaan Kanwil BPN Bali.
Baca juga:
Banjir Denpasar, Koster Bantah Karena Alih Fungsi Lahan, Walhi Tunjukkan Data 780 Hektare
Herman menjelaskan, alih fungsi lahan terjadi karena adanya perubahan tata ruang wilayah. Di Denpasar misalnya, banyak lahan sawah yang telah dialihkan untuk peruntukan non-sawah dalam sepuluh tahun terakhir.
Isu ini semakin mendapat sorotan publik setelah banjir hebat melanda Bali pada Rabu (10/9), menewaskan belasan orang. Aktivis lingkungan menilai alih fungsi lahan menjadi salah satu penyebab rentannya wilayah perkotaan terhadap bencana banjir.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali sebelumnya menyebut pembangunan masif dan alih fungsi lahan pertanian telah menghilangkan sekitar 2.000 hektar sawah setiap tahun.
Walhi menilai moratorium pembangunan seharusnya sudah lama diterapkan karena kondisi Bali sudah dianggap overbuild atau terlalu padat bangunan. Data lembaga ini menunjukkan, dalam kurun 2000-2020, luas sawah di Denpasar dan Badung menyusut dari sekitar 7.000 hektar menjadi hanya 3.000 hektar. Artinya, hilang sekitar 4.334 hektar lahan atau 23,44 persen dalam 20 tahun. (sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/net